Main ke Jeonju, kota kelahiran para raja (part 3 - end)

Setelah cari makan malam dan membuktikan nikmatnya Bibimbap Jeonju yang kesohor plus 'olahraga' jalan nanjak di Mural Village, saatnya merasakan perkampungan yang kental dengan hawa tradisional Korea di Jeonju hanok village.

Posisi Hanok Village ini ada di tengah kota Jeonju. Dilestarikan dengan baik dan sebagian besar sekarang digunakan sebagai sarana usaha. Baik berupa toko ataupun penginapan. Konon ada sekitar 800 rumah hanok di sini.

Rute kami dimulai dari gerbang Pungnammun, yang dibangun tahun 1768 saat dinasti Joseon masih berkuasa. Dari 4 gerbang yang melindungi istana, hanya gerbang ini yang tersisa. Itupun sempat hancur sebagian saat pendudukan Jepang. Kemudian direstorasi tahun 1978. Seperti peninggalan berupa gerbang istana lainnya, Pungnammun berada di tengah lingkaran dan dekat pasar.

pose nunduk kekinian di Pungnammun Gate
Kami hanya parkir di depannya lalu berjalan kaki ke arah Hanok Village melalui Katedral Jeongdong yang keren. Nggak kebayang sebelumnya main ke Hanok village dan ketemu rumah ibadah Katolik yang semegah itu.



Setelah menimbang ramainya orang berpakaian Hanbok, kami memutuskan BATAL lucu-lucuan pake hanbok keliling hanok. Pun, dingin pan! Belum lagi resiko baju sewaan itu ketumpahan saus atau makanan berminyak yang nanti mau dicicipi sepanjang jalan. Jelas, kami nggak mau melewati kesempatan emas untuk membuktikan Jeonju sebagai pusat gastronominya Korea.




Wisata kuliner saya mulai dengan makan keju bakar, udang goreng tepung dan mandu isi sayuran dan udang. Bahkan sempat nonton cara bikinnya. Dan rupanya chocopie hingga roti pun sangat populer jadi buah tangan dari Jeonju. Sering banget kami melihat turis domestik yang nenteng kantong kertas hingga 4 di tangan dari toko roti pojokan yang menjual gukhwa bbang.


semua enak. semua ramai.


Talking about visitor, sejujurnya saya terharu setiap jalan-jalan di Korea. Sebab jauh lebih banyak pengunjung domestik daripada internasional. Departemen Pariwisata sepertinya bekerja dengan baik untuk membuat warga Korea hobi keliling negeri mereka sendiri. Macam di Jeonju ini. Anak-anak muda menikmati berpakaian hanok sambil pacaran. Tapi juga menggunakan hanok untuk plonco adik kelas. hehehe. Mungkin di Solo atau Jogja juga bisa diadakan sewa baju tradisional. Tapi dibuat dulu area pejalan kaki yang nyaman macam hanok village ini ya.

Pacaran ala Royal Family?

mendadak beken. 4 cowok lucu yang lagi diplonco seniornya

gerai etude juga berfasad ala hanok

Setelah agak puas menyusuri gang utama Hanok Village ini, saatnya makan siang. Ada satu gerai yang sejak semalam sudah kami incar. Semalam mereka menolak kami karena masakannya habis. Siang ini, harusnya nggak habis, tapi kami mesti siap antri. Yes, lumayan lah 20 menit untuk dapat meja berdua.

Resto ini hanya menyediakan 2 menu, bibimbap atau sup toge. Iyes, sup toge! alias kongnamul. Kok ya bisa istimewa, toge doang, pikir saya. Perasaan pernah sarapan sup toge di kota lain, rasanya B aja. How come di sini orang sampe antri? Well, saya lupa... ini kan Jeonju!

Setelah duduk, dan mengingat semalam sudah makan bibimbap enak di resto sebrang, kami sepakat untuk memesan Kongnamul ini. Hanya 5 menit menunggu, tibalah sup toge di mangkok tanah liat panas. Masih menggelegak supnya!

Selain telur mentah di dalam mangkok, kami juga dapet telur stengah matang di cawan terpisah. Nengok kanan kiri, ternyata itu bisa jadi 'piring' utamanya. Selain kimchi, kami juga dikasih rumput laut kering. Di meja juga disediakan acar irisan daging sapi dan rebon udang. Seru ya!
Verdict? ENAK BANGET! Pantesan pada antri. Harga 8000 won/porsi. Not bad really.


Sup Toge Legendaris ala Jeonju


Anyway, selain para keturunan dinasti Joseon dilahirkan di sini, Tae-Yeon juga lho. Anggota Girls Generation itu 'sayangnya' bermarga Kim. Jadi jelas bukan keturunan dinasti Joseon yang bermarga Lee (Yi). Err.. penting nggak info ini? Mungkin tidak.

Tapi info lain bahwa di Jeonju juga ada museum Hanji, museum raja, kuil, benteng dan kastil, hingga museum fotografi buat saya penting. Sebab itu pertanda, saya harus balik lagi. Semalam saja di Jeonju rasanya kentang banget. Kayaknya 3 malam adalah periode yang ideal. But, better less than nothing. I am glad we made it here.

Posting sebelumnya mengenai jalan-jalan di Jeonju ada di sini dan sini . 

Comments

Popular posts from this blog

Mendarat di Bandara Luar Negeri Tanpa Bingung

Aturan Imigrasi Thailand Untuk Long Term Stay

Drama Goblin (lokasi syuting dan pernak pernik).