Main ke Jeonju, kota kelahiran para raja (part 1)

Sejak awal tinggal di Korsel sini, saya selalu mendengar lezatnya Bibimbap asal Jeonju. Konon, masakan tradisional Korea ini paling enak ya di Jeonju. Ketika digali lebih jauh ke sumber berita (biasanya teman-teman yang asli orang Korea), nggak hanya Bibimbap, tapi semua masakan Korea di Jeonju rasanya enak!

Rupanya wilayah Jeollabuk-do, propinsi yang menaungi Jeonju ini, memang terpilih sebagai kota kreatif untuk urusan gastronomi di Korea, bahkan menjadi bagian dari jaringan kota kreatif ala UNESCO.  Menurut saya sih ini hebat ya... mengandalkan tradisi, spesifik pula (gastronomi), untuk memajukan wilayahnya. Tapi mengingat di kota ini tidak ada pabrik (seperti umumnya kota lain di Korea), pergerakan tubuh di kota ini cenderung selow.. kok ya mengingatkan saya pada kota Solo. Nggak hingar bingar, serba buru-buru, dsb. 

Jangan sedih! Justru bagi Jeonju, menjadi berbeda dengan mentalitas orang Korea yang maunya serba cepat, adalah kekhasan wilayah mereka. Bahkan Siput, yes, hewan yang terkenal leletnya itu, dinobatkan menjadi maskot. Jeonju dengan bangga menyebut dirinya "The Slow City". 

Kota ini sesungguhnya luas, tapi yang menjadi pusat perhatian para pengunjung adalah Hanok Village-nya. Wajar sih, sebab Jeonju memang pernah menjadi ibukota dinasti Baekje. Lebih dari itu, Jeonju adalah kota asal dinasti Yi (baca : Lee) yang menguasai semenanjung Korea dibawah kerajaan Joseon. Keturunan raja-raja yang menjadikan Seoul sebagai pusat kota itu memang dilahirkan di Jeonju sini. Jeonju bisa dicapai dari Seoul dengan transportasi umum bis dan kereta, durasi sekitar 3 jam perjalanan. 

Saya sendiri hanya sekedar 'mampir' di Jeonju dan berharap ada kesempatan ke sini lagi. 
Meskipun singkat, perjalanan hari itu dengan sahabat lama, berdua saja (tanpa suami dan anak-anak, hore!!) terasa berharga banget. 

chillin' night
Malam hari kami tiba di penginapan Hanok yang banyaaak banget pilihannya di Hanok Village ini, tepatnya area Wansan-gu. Untuk kamar standar (menginap ber2), harganya rata-rata 100,000 won. 

Kami dapet penginapan lewat booking(dot)com, dipesan sudah dekat dengan hari H. Bayar di tempat. 

Setelah beberes, kita cari makan, nggak mau nunggu lama, langsung kejar bibimbap ala Jeonju yang kesohor itu. Meskipun cuaca cukup dingin (sudah masuk winter, skitar 3 derajat celcius malam itu),  tapi tetap tegar. Mumpung nggak ada anak yang merengek minta dibacain buku dongeng sebelum tidur.. haha.. 


Hanok Stay kami tampilan di pagi hari
Jeonju Bibimbap

Sebenarnya apa yang membuat bibimbap Jeonju istimewa? Setelah merasakan jenis-jenis bibimbap, memang yang di sini rasanya enak! Pertama meskipun bukan jenis dolsot (mangkok tanah liat yang dimasak langsung di atas api), mangkok ini tiba di meja cukup panas. Sehingga telur mentah yang diaduk nggak terasa amis. Jadi inget bubur ayam cirebon ya, dikasih telor mentah di atasnya.

Selain telor mentah, rasa gochujang (pasta cabe merah) ini juga seger banget, nggak terlalu asam dan lebih pedas dari biasanya. Sayuran sepertinya diaduk dengan kecap asin yang terbuat dari teri, bukan ikan ataupun udang. Intinya, puas!!

Setelah kenyang makan bibimbap, sudah jam 9 malam, enak kayaknya minum hangat. Serunya hanok village ini, semua bangunan terasa hangat dengan kombinasi kayu dan batu. 

bahkan game center-nya pun di dalam rumah hanok!


tea house

Pilihan kami jatuh di tea and dessert house ini. Tapi kami tetep pesennya kopi. hehehe. Mungkin ya karena ini adalah tea house, kopi yang dipesan tidak dibuat dengan mesin kopi italia ala ala barista gitu, tapi diracik di atas api secara tradisional! Aduh, enak banget!

kopi susu ala tea house Jeonju

Puas ngobrol dan bengong bareng, plus meninggalkan cicak jejak di dinding, kami pulang.




Untuk tidur di angetnya kamar hanok. Ondol, penghangat ruangan dari bawah lantai, lumayan sukses membuat tidur kami nyenyak banget malam itu. So ready for next day!!



Cara ke Jeonju :

  • Dari Seoul bisa naik kereta KTX tujuan Jeonju atau Iksan juga bis express (paling hemat, 2,5 jam).
  • Dari Incheon airport ada bis limousine setiap 30 menit, durasi 3,5 jam. 
  • Dari Busan dengan bis express, jadwal setiap jam, durasi 3,5 jam. 


Comments

Popular posts from this blog

Mendarat di Bandara Luar Negeri Tanpa Bingung

Aturan Imigrasi Thailand Untuk Long Term Stay

Drama Goblin (lokasi syuting dan pernak pernik).