St Paul's Cathedral, the REAL landmark of London


Setelah beberapa bulan merasakan tinggal kota ini, begitu banyak fakta yang berbeda dengan bayangan saya selama ini tentang Inggris, khususnya London. Catatan ini adalah pembuka seri beberapa hal tentang kota yang berusia ribuan tahun dan bagi saya menarik untuk dibagi.


Demi menghadapi jetlag, tujuan pertama saya setiba di London adalah melihat Big Ben. Bagi saya Big Ben adalah landmark kota ini, selain London Eye dan Buckhingham Palace. Namun setelah membaca berbagai literatur dan buku petunjuk wisata, diketahui kalau St Paul's Cathedral-lah yang bagi mereka lebih 'nendang' dijadikan landmark. Salah satu alasannya adalah sejarah St. Paul's Cathedral sangat jauh lebih panjang dibanding Big Ben. Lagipula, Big Ben ternyata hanya panggilan 'sayang' saja. Aslinya, jam 'gadang' ini disebut Clock Tower (Menara Jam). oh, yang lebih menarik nih, St.Paul's adalah tempat dimana Putri Diana dulu menikah dengan Pangeran Charles. Selain mereka, keluarga kerajaan rata-rata menikah di Westminster Abbey (seperti Pangeran William dan Catherine beberapa bulan lalu).

Beberapa kali saya pengen banget masuk Katedral yang merupakan katedral kedua terbesar di dunia ini (yang terbesar ada di Vatikan). Tapi terhalang titah suami agar menghindari St Paul's karena banyak demonstran kemping di halamannya. Takutnya ada kerusuhan. Namun setelah beberapa minggu menunggu, akhirnya saya putuskan tetap datang saja. Survey dulu critanya.

Kubahnya memang terlihat begitu megah dan menggetarkan hati saat pertama kali melihatnya. Kali itu kesempatan pertama saya sendirian menjelajah St. Paul's saat gelap sudah datang.

13252793321847921392
St Paul

Katedral ini terletak di jantung kota London. Sebagai tambahan info, ada 2 macam London. London Metropolitan yang meliputi wilayah sangat luas (kira2 sebanding dengan tingkatan satu propinsi lah di Indonesia). Lalu di dalam London Metropolitan ada lagi City of London, Kotamadya gitu deh. City of London ini merupakan pusat kegiatan finansial terbesar di Eropa. Jadi bisa terbayang bahwa bangunan seantik dan penuh sejarah seperti St.Paul's Cathedral saat ini berdampingan dengan gedung-gedung modern. Bahkan di salah satu sisinya sekarang terdapat Pusat Perbelanjaan baru.
Para demonstran yang kemping di halaman St.Paul's ternyata tahan cukup lama. Sudah masuk bulan ke 3 masih belum juga menyerah. Saya kira selama ada demonstran Katedral ini ditutup untuk publik dan hanya dipakai untuk kegiatan rohani. Aduh ternyata saya salah banget! Ternyata St.Paul's ini masuk ke dalam tujuan wisata utama dan sangat komersil. Jadi mereka gak mau kehilangan uang dari hasil penjualan tiket turis.

3 hari setelah Natal saya mantapkan hati masuk ke sini. Kita diminta membayar 16 Pound (sekitar 200an ribu rupiah) per orang untuk kemudian dibekali audio guide (boleh pilih mau dalam bahasa apa) dan peta. Tiket masuk yang tidak murah itu hanya berlaku satu hari, tapi boleh keluar masuk. Untuk pembayar pajak Inggris ada pilihan untuk menyumbangkan nilai tiket tersebut untuk mendapat kartu bebas masuk St.Paul's selama satu tahun. Berbeda dengan tempat wisata lain, audio guide disini pakai iPod loh!
Sayangnya pengunjung dilarang foto2 di dalam katedral, karena walaupun dibuka untuk umum, kegiatan rohani juga tetap dilakukan. Pengunjung juga boleh ikutan, walaupun bukan nasrani. Katedral ini anehnya juga kayak museum. Banyak patung2 non-religi yang tersebar di sana sini. rata-rata adalah pahlawan perang. Bahkan mereka punya altar yang didedikasikan untuk korban perang dunia ke-2.

Yang lebih menarik bagi saya adalah bagian lantai bawah (basement) yang merupakan kuburan! Di salah satu sudut terdapat chapel, gereja ala jaman dulu yang masih dipakai untuk upacara2 tertentu (kematian, kelahiran, pembaptisan). Jangan heran kalau di lantai banyak tulisan karena sesungguhnya kita berjalan di atas makam, tulisan tersebut adalah nisannya. Selain itu juga masih terdapat beberapa patung baik yang rohani maupun tidak. Sebagian area basement ini juga dipakai untuk display pemandangan dari bagian kubah (bagi yang takut naik ke kubahnya bisa nonton 'film'nya saja). Display yang seperti layar tancep di dinding ini disebut Oculus. Di sini lain terdapat toko suvenir dan restoran.

Saya sendiri sempat naik ke kubahnya, yang membutuhkan perjuangan. Buat yang jarang olahraga, naik tangga ratusan level cukup mendebarkan jantung. Tidak ada lift! Di bagian atas pertama-tama kita akan sampai di Whispering Gallery. Disebut galeri bisik-bisik karena konon bisikan kita di dinding bisa didengar orang lain di jarah puluhan meter di sisi dinding lainnya. Dari galleri ini kita juga bisa melihat area tengah lantai dasar katedral. sayang, masih blum boleh fot0-foto.



Dari Galeri Bisik, bagi yang kuat dipersilahkan naik ke sisi bawah kubah, alias stone gallery. ini adalah bagian luar dengan pemandangan kota London dari ketinggian ratusan meter di atas permukaan. Bagi yang takut ketinggian sbaiknya jangan coba-coba. Saya sendiri sebenarnya agak ragu, tapi untunglah sesuai namanya, stone gallery ini adalah teras berpagar batu. Di atas stone gallery ini masih ada satu level lagi, yaitu bagian teratas kubah. outdoor juga, tapi pagarnya hanya setinggi pinggang dan dari besi tipis-tipis. Karena tidak banyak yang berani, makanya mereka buat Oculus di lantai basement.

Di luar kecanggihan dan keindahan arsitekturnya luar dan dalam, datang ke katedral ini saat banyak turis agak menganggu kekhidmatan. Namun saya setuju menjadikan St.Paul's sebagai landmark kota London, melebihi Big Ben. Saya aja dulu kuper gak kenal St. Paul's yang keramat ini (bertahan dari gempuran bom di Perang Dunia 2 maupun kebakaran dahsyat yang menghabisi kota London).

Sejarah dan detail lebih jauh tentang St.Paul boleh diintip di www.stpauls.co.uk. Foto tambahan menyusul. :)

Comments

Popular posts from this blog

Mendarat di Bandara Luar Negeri Tanpa Bingung

Aturan Imigrasi Thailand Untuk Long Term Stay

Drama Goblin (lokasi syuting dan pernak pernik).