Gyeongbokgung (first visit, late post)

Kami tiba di Korea saat musim gugur baru dimulai, tahun 2012. Kala itu Davienne, si bungsu, baru berusia 2 tahun. Lagi di puncak rewel-rewelnya.. haha.. Pak Suami juga masih beradaptasi dengan pekerjaan, tidak punya waktu untuk libur. 

Ketika semua orang mengasosiasikan Korea Selatan dengan Seoul, kami bahkan belum mampir ke kota itu. Hanya transit di Incheon lalu landing di Busan. Jadi lumayan penasaran, kayak apa ya Seoul itu? 

Dengan mempertimbangkan ini dan itu, keinginan saya untuk segera melihat Seoul akhirnya terwujud berupa weekend trip (2 hari 1 malam) hanya bersama 2 anak yang besar, Jasmine dan Erina. Dan itulah pertama kalinya kami sowan ke istana terbesar di Seoul, Gyeongbok. 


Oktober 2012

Kedatangan kali ini cukup singkat, mengingat durasi pendek dan keinginan banyak *wink* jadilah anak-anak diajak lebih lama untuk melihat pavilion utama, Geunjeongjeon Hall. Di tempat ini para raja di dinasti Joseon menerima tamu, memberi perintah atau melantik menteri dan panglima.

tempat raja bertahta



Sekilas ada sensasi imperior China di sini. Mungkin karena sejak kecil saya lebih banyak terekspos kisah dinasti China dan baru 'kenalan' dengan Korea setelah milenium. Namun menurut sejarah, dinasti Korea memang pernah diwajibkan 'bersahabat' dengan dinasti Qing di China, sebelum mereka berdikari di bawah dinasti Joseon ini.

Meskipun begitu, interior kayu dan kombinasi warna di berbagai sudut bangunan terasa korea banget kok. Nggak didominasi warna merah dan hitam ala China.

Lucunya, saya merasa melihat beraneka motif mega mendung Cirebon di sana sini. :))
Seperti kombinasi warna merah-hijau-biru-kuning di antara para naga ini. Mungkin itu memang mega mendung (awan berair) yang segera menghadirkan hujan. Naga di mitologi korea lebih erat kaitannya dengan awan, hujan, air dan pertanian. Plus, ukiran ini ada di langit-langit. Adakah hubungan Korea dan Cirebon di masa lampau?

ukiran naga di langit-langit

Selain kombinasi warna yang korea banget, bentuk atap Korea yang juga digunakan di rumah Hanok lebih saya sukai daripada bentuk atap ala China. Di sini terasa kokoh tapi membumi. Love their roofing alot!





Gyeongbokgung berada di kaki gunung dan kedatangan kami di musim gugur tahun itu terasa sejuk sekali. Pavilion samping yang digunakan sebagai museum terlihat kece ya di kejauhan?




Kedatangan singkat pertama membawa 2 bocah besar (saat itu usia 6 dan 4 tahun) ini terasa menyenangkan. Karena mereka nggak rewel dan sama senangnya melihat istana yang warna-warni ini. Tidak saya rekomendasikan membawa stroller mengingat jalanan berbatu atau berpasir di sana sini. Plus undakan-undakan. Kecuali ke sini hanya untuk foto-foto, yang hukumnya wajib kalo ke Korea... hehehe..

Note : 
  • Gyeongbokgung dibuka untuk umum setiap hari, kecuali Selasa. 
  • Free entry di hari libur nasional Seollal dan Chuseok
  • Entrance ticket : 3,000 won
  • Tiket terusan untuk 4 istana : 10,000 won berlaku 3 bulan. 
  • Buka jam 9 pagi - 6 sore (kecuali winter, hanya sampai jam 5, loket tiket tutup 1 jam sebelumnya)
  • Upacara changing guard pagi hari jam 10 dan sore jam 3. 
  • Subway : Gyeongbokgung Palace station (Seoul subway line 3), exit 5. 





Comments

Popular posts from this blog

Mendarat di Bandara Luar Negeri Tanpa Bingung

Aturan Imigrasi Thailand Untuk Long Term Stay

Drama Goblin (lokasi syuting dan pernak pernik).